Advertisement

Sabtu, 31 Oktober 2015

Kehampaan

Kosong.. Kosong.. Kosong
Kosong.. Kosong.. Kosong
Terdiam.. Terpuruk.. Sepi
Kosong...
Suram.. Hampa.. Tanpa harapan
Kosong...

Apa yang terjadi?
Kosong...

27 Oktober 2015
Indomaret Point Sukajadi, Bandung

Hanya Kiasan Tak Berarti

Oleh Hasna Lathifah

Kau mulai menatapnya
Kau menggodanya dengan mulutmu
Berjuta-juta kata manis telah kau lontarkan
Kau membuat berbagai macam kiasan indah
Hanya untuk menanam benih senyuman dalam dirinya
Tapi, benih itu tidak tumbuh dan berkembang
Tidak juga mati

Kau sangat egois
Kau terus-menerus menyiramnya
Bahkan memberikannya pupuk gurau dan kiasan
Namun, benih itu tetap tidak tumbuh
Hanya diam, tertanam dalam kegelapan rupa

Lalu..
Mulai membukalah dan mengeluarkan kata-kata
Kau begitu menanti-nantinya
Kau begitu mengharapkan sebuah mutiara keluar darinya
Namun, yang keluar hanyalah kerang kosong kusam
"Apa kau sudah selesai?"
Yang membuat robek seluruhnya
Seakan-akan semuanya tidak berarti dan tanpa makna

Perpustakaan UPI Bandung, 21 Oktober 2015

Deguban

Oleh Hasna Lathifah

Deg... Deg... Deg...
Hatiku berdegup kencang
Berdegub saat melihatmu
Saat itu aku tahu
Hatiku hanya untukmu

Perpustakaan UPI Bandung, 21 Oktober 2015

Selasa, 20 Oktober 2015

Ingatkah?

Oleh Hasna Lathifah

Ingatkah kamu saat kita bermain bersama
Ingatkah kamu tentang kenangan-kenangan
Yang kau dan aku buat bersama
Ingatkah?

Ingatkah saat kita bercanda
Membuat berbagai macam lelucon konyol
Yang hanya dimengerti oleh kita berdua
Ingatkah?

Lupakah kamu
Saat melukai dan menyakitiku
Saat dulu kita masih satu sekolah

Lupakah?
atau
Ingatkah?

20 Oktober 2015
Sersan Bajuri, Bandung

Gerimis dan Angin

Oleh Hasna Lathifah

Dengan langkah kecilnya dia berjalan
Perlahan menahan datangnya gerimis
Setiap langkah yang dia ambil
Angin pun datang berhembus menerpanya
Hingga terdengar sampai hati

Hembusan yang cepat dan kuat
Menusuk kulit dan menembus hingga ke tulang
Raganya berguncang, jiwanya terkoyak-koyak
Gerimis pun berubah menjadi badai
Kilat dan guntur terlihat sangat jelas di matanya
Seakan kilat dan guntur itu berusaha menyambar seseorang

Dengan tatapan mata yang penuh api hitam
Ia mencoba membekukan musim dan waktu
Agar tidak dapat berganti
Agar angin itu berhenti
Agar mendapatkan keheningan walau sesaat

Tetapi badai itu tetap tidak berhenti
Dia berharap hujan akan turun
Menyamarkan hiruk pikuk badai di matanya
Ingin sekali memaksa sang awan
Namun sang awan tidak menghiraukannya
Perlahan badai itu kembali menjadi gerimis
Saat itu
Dia merasa berada didunia asing
Dunia yang hanya dipenuhi dengan mimpi-mimpi

Akan tetapi angin tetap berhembus
Di matanya tidak ada hari tenang
Di matanya setiap musim sama saja

Gerimis pun berhenti seiring datangnya sang matahari

Gadis itupun mengais sisa-sisa gerimis di matanya
Dan dengan senyum masam dan sesungging
Penuh beban
Dia bertanya

"Kapan kau ijinkan aku kembali ke sisi-Mu?"

Sersan bajuri, Bandung.
19 Oktober 2015

Rabu, 14 Oktober 2015

Retak

Oleh Hasna Lathifah

Retak...
Piring ini retak..
Tersentuh oleh tangan yang tidak bertanggung jawab
Sekarang...
Tidak ada yang mau memakainya lagi
Piring ini sudah tidak berguna
Terasingkan bak barang usang yang kotor nan kelam

Retak..
Sudah tidak ada kesempurnaan lagi
Dalam corak dan warnanya
Terlukai begitu saja
Apanya yang bisa seperti dulu?
Sudah tidak ada yang tersisa
Keunikan dan kekhasan corak serta warnanya
sudah lenyap..
Bekas retakan itu tidak akan pernah hilang
Bahkan jika diperbaiki sekalipun
Tidak akan sama, tidak akan
Piring itu tidak akan seindah dan semenarik dulu

Lihatlah..
Kilauan dan kerlipan
yang tersirat dalam piring itu
Kini sudah lenyap
Yang tersisa hanyalah..
Piring kelam yang redup dan usang

Tak tersentuh lagi..
Tak ada yang memakainya
Hanya tersimpan dan tertumpuk dalam lemari
Yang penuh dengan debu dan kotoran
Sungguh malang nasib piring itu

14 Oktober 2015
Bandung, sersan bajuri

Minggu, 11 Oktober 2015

Desahan Pesan

Oleh Hasna Lathifah

Di balkon kosan
Terdengar desahan angin yang merana
Entah apa yang ada dipikirannya
Dan yang ingin diucapkannya
Sejenak angin itu terdiam
Apa yang hendak dia lakukan?

Seorang gadis
Berusaha membisikan sesuatu
Melalui desahan angin
Angin pun menghampirinya
Desah dan alunan angin
Berhembus melewatinya
Menyamarkan kenyataan yang tak terelakan

Si gadis terduduk
Bersenandung dalam kehampaan

11 Oktober 2015
Sersan Bajuri

Daigaku no monogatari

Hai, semuaaa... ^^/
Udah lama aku gak muncul lagi yah :D
Soalnya gak ada internet mau nulis di blog juga, dan lagian sibuk KH (Kaderisasi HIMABAJA) :3
Yup, HIMABAJA, Himpunan Mahasiswa Bahasa Jepang.
Sekarang sih tinggal tersisa dua alur lagi, yaitu LDKM sama PAB. Hmm, gimana sih KH itu?
Seru sih, seru banget sebenernya mah. Aku bisa tahu apa aja dan gimana aja HIMABAJA itu. Terus bisa tahu bidang-bidang yang ada di HIMABAJA itu seperti apa, misalnya Shujikai, Taisho goto, Benkyoukai, Japzuk, dll.
Ini contoh foto saat aku dan temen-temen melaksanakan salah satu kegiatan pengenalan Shujikai. Kami membuat kanji Shiawase (幸). Yah, walaupun tidak terlalu bagus dan banyak yang salah sih =w=






Terlalu panjang sih kalo diceritain. Soalnya udah lebih dari sebulan ;3
Aku awalnya sih minat untuk masuk ke kepengurusan di bidang Benkyoukai, cuman pas udah nyobain Shujikai jadi bingung, bingung milih antara kedua itu. Shujikai itu seruu, terus diajarin langusng sama 日本人 nya langsung.. Tapi, Benkyoukai itu nyambung sama apa yang mau aku lakukan buat kedepannya, simple nya mah buat modal awal aku nanti. Tapi, kayaknya tetep di Benkyoukai deh.. :3
Didalam sebuah kaderisasi pasti ada yang namanya evaluasi, iya kan? Nah, begitu juga dengan KH, tentu ada eveluasinya, dan evaluasi biasanya dilakukan oleh Komdis (Komisi Disiplin). Kami banyak melakukan kesalahan, yang diantaranya yaitu tidak semua anak BaJep '15 mengikuti KH, kami berharap semuanya bisa ikut karena kita satu angkatan itu bakalan bareng-bareng selama empat tahun, jadi akan lebih asyik kalo semuanya ikut. Karena banyak banget manfaat yang aku rasakan dari mengikuti kegiatan KH, yah walaupun tentu saja ada pahitnya, yaitu mengetahui kesalahan angkatan kami yang banyak, walaupun sebetulnya kesalahan yang sering terjadi itu yah yang itu lagi, itu lagi. Maksudnya tidak kumpul semuanya satu angkatan sebanyak 88 orang, perkenalan senpai, tidak membawa tatib, daftar tugas dan atribut. Semuanya kesalahan yang simple, tapi karena jumlah angkatan ada 88 orang, akhirnya setiap satu kesalahan dikali sebanyak 88 orang. Dan akhirnya kesalahan terus naik, dan tidak berkurang sama sekali. yang mengikuti KH harus menanggung kesalahan segelintir orang yang tidak mengikut KH. Dengan adanya KH yang aku rasakan, kita itu belajar untuk berpikir kritis dan beralih dari yang tadinya siswa menjadi mahasiswa, merubah pola pikir menjadi lebih baik dan dewasa, mengetahui teman seangkatan dan kompak dengan seangkatan, kenal dengan senpai, dan khusus bagi diri aku sendiri yatu sedikit demi sedikit aku mulai berani berbicara, itu juga baru akhir-akhir ini. karena pada awal-awal masih takut, taku kalo pendapat yg kita utarakan atau ucapkan tidak rasional dan akan langsung kalah. dan aku oragnya sulit untuk menjelaskan dan mengungkapkan apa yg ada dipikiran aku.
sebetulnya banyak banget yang ingin aku ceritain selam sebulan terakhir ini, apalagi soal KH. tapi aku bingung mulai darimana, dan yah kalo kurang paham dan penasaran, silakan tanyakan saja di kolom komentar :3

See you!

Sabtu, 10 Oktober 2015

Jikoushoukai

こんにちわ、みんなさん。

私は ハスナラシファです。ウナと もします。バンジャル からきました。どうぞ よろしくおねがいします。
私は 学生です。UPIの 学生です。日本語の 学生です。 私は18さいです。私の 誕生日は 4月8日です。えっと、私の かぞくは 七人です。ちちの ヅヂアハヂアトと ははの ナニヌルヤニと あにきたちの バフルーアルアルミンや イスマイルムハマッヂシャヒドや ファリドルシュヂワリユッヂンと あねきは シチファトヒマーファッドルッローです。
私は UPIの 日本語を べんきょうします。私の クラスは 1-A、さんかいです。今私はげしゅくです。私は みんなの 友達なりたいです。だから お願いします。



Jumat, 09 Oktober 2015

Kerinduan Seorang Anak

Oleh Hasna Lathifah

Dalam benak tersirat wajah yang sangat kukenal
Wajah yang tidak mungkin dapat aku lupakan
Senyuman yang mengembang di wajahnya
Begitu mengiris hati
Kupandangi sosok itu
Keringat bercucuran
Menyambutku dengan senyuman
Memaksakan diri untuk terlihat senang
Menyembunyikan kelelahannya dalam senyuman itu

Meskipun berpeluh-peluh
Baju basah bermandikan keringat
Tak peduli akan apapun
Segera berlari menuju tempat
Yang dikiranya tempat makanan berada
Tanpa mempedulikan apapun
Termasuk dirinya sendiri

Tepat ditempat itu
Terdengar suara percikan api, minyak yang panas
Sentuhan antara si kuping besi
Dengan tangan besi begitu terdengar
Dari tempat itu tercium sesuatu
Sesuatu yang membuat air liur didalam mulutku meningkat
Perut ini langsung berbicara dengan keras
Tidak sabar menunggu-nunggu
Apa yang akan datang dari tempat itu

Rasa Keingintahuanku mulai memuncak
Tak sabar aku menunggunya
Kudatangi tempat darimana asal wangi itu berada
Kudapati sosok yang teramat lelah
Tapi tak kulihat senyuman itu luntur dari wajahnya
Saat aku mendatanginya
Dengan tangan yang dipenuhi bekas luka
Disodorkanlah sepiring gunung putih di sore hari
Dengan matahari berada disampingnya
Dan beberapa burung hitam menghiasinya
Layaknya sore yang indah

Tiba-tiba ada tsunami datang di mataku
Tanpa kusadari mataku memiliki gelombang-gelombang kecil
Aku tidak dapat melihat dengan jelas
Saatku benahi mataku
Kulihat kembali apa yang tadi kulihat
Ternyata tidak ada apa-apa
Kusadari kalau itu hanyalah ingatan belaka
Semuanya hanya berasal dari pikiranku saja

Perlahan aku mulai mengendalikan emosi dan pikiranku
Ku terdiam sejenak memikirkan apa yang baru saja terjadi
Ku tertunduk, terdiam didalam kamar
Sendirian
Memeluk teman tidurku
Teman yang selalu menemani tidurku

Sekarang bagaimana?
Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat aku memkirkannya lagi
Nampak jelas terlihat dalam benakku
Sesosok pahlawan yang tak kenal
Dengan yang namanya lelah
Senyumannya tidak pernah luntur dari wajahnya
Saat menyambutku

Begitu manis dan tenangnya senyuman itu
Ku sangat ingin melihat senyuman itu lagi
Senyuman yang dia berikan dan tunjukkan padaku
Ada sedikit keegoisan dalam diriku
Aku tidak ingin membaginya dengan siapapun
Saat aku menyadari sesuatu
Inilah yang kusadari...

Aku merindukanmu, Ibu...

09/10/2015
Bandung, Sersan Bajuri