Advertisement

Selasa, 20 Oktober 2015

Gerimis dan Angin

Oleh Hasna Lathifah

Dengan langkah kecilnya dia berjalan
Perlahan menahan datangnya gerimis
Setiap langkah yang dia ambil
Angin pun datang berhembus menerpanya
Hingga terdengar sampai hati

Hembusan yang cepat dan kuat
Menusuk kulit dan menembus hingga ke tulang
Raganya berguncang, jiwanya terkoyak-koyak
Gerimis pun berubah menjadi badai
Kilat dan guntur terlihat sangat jelas di matanya
Seakan kilat dan guntur itu berusaha menyambar seseorang

Dengan tatapan mata yang penuh api hitam
Ia mencoba membekukan musim dan waktu
Agar tidak dapat berganti
Agar angin itu berhenti
Agar mendapatkan keheningan walau sesaat

Tetapi badai itu tetap tidak berhenti
Dia berharap hujan akan turun
Menyamarkan hiruk pikuk badai di matanya
Ingin sekali memaksa sang awan
Namun sang awan tidak menghiraukannya
Perlahan badai itu kembali menjadi gerimis
Saat itu
Dia merasa berada didunia asing
Dunia yang hanya dipenuhi dengan mimpi-mimpi

Akan tetapi angin tetap berhembus
Di matanya tidak ada hari tenang
Di matanya setiap musim sama saja

Gerimis pun berhenti seiring datangnya sang matahari

Gadis itupun mengais sisa-sisa gerimis di matanya
Dan dengan senyum masam dan sesungging
Penuh beban
Dia bertanya

"Kapan kau ijinkan aku kembali ke sisi-Mu?"

Sersan bajuri, Bandung.
19 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar