Advertisement

Jumat, 09 Oktober 2015

Kerinduan Seorang Anak

Oleh Hasna Lathifah

Dalam benak tersirat wajah yang sangat kukenal
Wajah yang tidak mungkin dapat aku lupakan
Senyuman yang mengembang di wajahnya
Begitu mengiris hati
Kupandangi sosok itu
Keringat bercucuran
Menyambutku dengan senyuman
Memaksakan diri untuk terlihat senang
Menyembunyikan kelelahannya dalam senyuman itu

Meskipun berpeluh-peluh
Baju basah bermandikan keringat
Tak peduli akan apapun
Segera berlari menuju tempat
Yang dikiranya tempat makanan berada
Tanpa mempedulikan apapun
Termasuk dirinya sendiri

Tepat ditempat itu
Terdengar suara percikan api, minyak yang panas
Sentuhan antara si kuping besi
Dengan tangan besi begitu terdengar
Dari tempat itu tercium sesuatu
Sesuatu yang membuat air liur didalam mulutku meningkat
Perut ini langsung berbicara dengan keras
Tidak sabar menunggu-nunggu
Apa yang akan datang dari tempat itu

Rasa Keingintahuanku mulai memuncak
Tak sabar aku menunggunya
Kudatangi tempat darimana asal wangi itu berada
Kudapati sosok yang teramat lelah
Tapi tak kulihat senyuman itu luntur dari wajahnya
Saat aku mendatanginya
Dengan tangan yang dipenuhi bekas luka
Disodorkanlah sepiring gunung putih di sore hari
Dengan matahari berada disampingnya
Dan beberapa burung hitam menghiasinya
Layaknya sore yang indah

Tiba-tiba ada tsunami datang di mataku
Tanpa kusadari mataku memiliki gelombang-gelombang kecil
Aku tidak dapat melihat dengan jelas
Saatku benahi mataku
Kulihat kembali apa yang tadi kulihat
Ternyata tidak ada apa-apa
Kusadari kalau itu hanyalah ingatan belaka
Semuanya hanya berasal dari pikiranku saja

Perlahan aku mulai mengendalikan emosi dan pikiranku
Ku terdiam sejenak memikirkan apa yang baru saja terjadi
Ku tertunduk, terdiam didalam kamar
Sendirian
Memeluk teman tidurku
Teman yang selalu menemani tidurku

Sekarang bagaimana?
Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat aku memkirkannya lagi
Nampak jelas terlihat dalam benakku
Sesosok pahlawan yang tak kenal
Dengan yang namanya lelah
Senyumannya tidak pernah luntur dari wajahnya
Saat menyambutku

Begitu manis dan tenangnya senyuman itu
Ku sangat ingin melihat senyuman itu lagi
Senyuman yang dia berikan dan tunjukkan padaku
Ada sedikit keegoisan dalam diriku
Aku tidak ingin membaginya dengan siapapun
Saat aku menyadari sesuatu
Inilah yang kusadari...

Aku merindukanmu, Ibu...

09/10/2015
Bandung, Sersan Bajuri




2 komentar:

  1. lumayan has, geus alus. minimal pertahankeun gaya puisi siga kieu. tema ibu oge lumayan universal, jadi teu jd masalah. tapi, diajar oge bikin puisi dgn didasari keresahan lain. misal, bullying, pendidikan, kemiskinan, lingkungan, dsb. mudah2an berhasil. *abah*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohh, oke sip bah. EYD na leres kan ? .w.
      Insya Allah, nu tema bullying mah engke bikin, Insya Allah.
      Need more inspiration hahaha

      Hapus